Kejutan di Awal Agustus, Inflasi Sumbar hanya Menang dari Papua dan Sulawesi Utara

Padang (suarrakyat.com) – Berita mengejutkan datang dari High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumbar. Betapa tidak, angka inflasi yoy daerah kita (4,04 persen) tertinggi keempat di Indonesia. Di urutan pertama Papua Pegunungan (5,65 persen), diikuti oleh Sulawesi Utara (4,42 persen) dan Papua Tengah (4,39 persen).

“Kita semua pasti terkejut mendengarkan pemaparan Gubernur Sumbar, H. Mahyeldi dalam pertemuan di Aula Anggun Nan Tongga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat. Apa yang terjadi sehingga angka inflasi year on year (yoy) kita kembali tinggi setelah di tutup menggembirakan akhir tahun 2023 lalu, pada angka 2,43 persen?” ungkap Leonardy, Jumat 2 Agustus 2024.

Leonardy mengatakan pasti ada hal-hal tertentu yang menyebabkan hal ini, karena TPID Sumbar sudah melakukan upaya-upaya untuk mengendalikan inflasi di Sumbar. Pasca Sumbar dinyatakan inflasinya tertinggi pada 2022, melebihi inflasi nasional, semua gerak cepat melakukan berbagai upaya untuk mengendalikannya.

Leonardy mengingatkan berulangnya kisah inflasi ini patut dimaknai secara arif. Sebab menurut data BPS per Juni 2024 kenaikan inflasi disumbangkan oleh kenaikan harga kebutuhan makanan minuman dan tembakau (1,4 persen), kenaikan di kelompok transportasi (1,92 persen) kelompok pakaian dan alas kaki (0,06 persen), kelompok pendidikan (1,83 persen), kelompok perumahan air dan listrik dan ahan bakar rumah tangga (0,46 persen) serta kenaikan pada kelompok lain penyumbang inflasi.

Selain itu, kenaikan disumbangkan oleh daerah yang selama ini tidak dijadikan perhitungan inflasi ini yaitu Dharmasraya dan Pasaman Barat. Ternyata di kedua daerah itu angkanya sangat tinggi dimana angka inflasi yoy Dharmasraya 4,88 persen dan Pasaman Barat 5,71 persen.

Leonardy melanjutkan, kemungkinan dimasukkannya kedua daerah itu sudah diinfokan BPS dan Bank Indonesia Perwakilan Sumbar ketika Leonardy melakukan kunjungan kerja. Dan besar kemungkinan, BPS juga menginformasikan kepada kepala daerah, namun kita tidak tahu sejauh mana ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.

“Selama ini, daerah yang dijadikan patokan dalam penghitungan inflasi adalah Padang dan Bukittinggi. Jika dilihat dari inflasi di kedua daerah itu Padang pada kedua daerah itu berada di angka 3,42 persen untuk Kota Padang dan 3,92 persen untuk Bukittinggi,” ungkapnya.

Patut menjadi pertimbangan kita semua dalam memahami terjadinya peningkatan angka inflasi ini adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan bergengsi dari Pemerintah Pusat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) RI selaku Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat diganjar nominasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Berkinerja Terbaik di Kawasan Sumatera pada pertengahan Juni lalu.

Atinya, kata Leonardy menambahkan, TPID Sumbar telah berupaya untuk mengendalikan inflasi, namun tetap tertinggi keempat di Indonesia. “Kita berharap Pemerintah Provinsi Sumbar bersama TPID Sumbar terus berkoordinasi, bersinergi, berinovasi. Mari kita bersama-sama mendukungnya. Malu kita jika inflasi Sumbar terus merangkak menjadi yang tertinggi di Indonesia. Ayo bersahabat dengan BPS, Bank Indonesia, OJK, BPKP dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan karena mereka punya data dan bisa pula memberikan solusi untuk pertumbuhan ekonomi,” ajaknya.

Ketua Badan Kehormatan DPD RI periode 2019-2024 itu mengingatkan, pasca bencana galodo dan banjir bandang di sejumlah daerah di Sumbar terutama di Agam dan Tanah Datar, semakin banyak lahan pertanian yang hilang. Apakah itu sawah maupun lahan pertanian masyarakat lainnya yang hilang atau beralih fungsi akibat bencana tersebut.

Sebelumnya, dia sudah mengingatkan pada berbagai kesempatan maupun pemberitaan di media cetak, elektronik dan online, akibat gempa 2009 banyak bendungan dan saluran irgasi yang rusak dan belum semuanya diperbaiki.

“Jangan sampai Sumbar yang dulunya swasembada beras. Mengirim beras ke provinsi lain. Lalu berubah menjadi daerah yang dipasok kebutuhan berasnya. Untuk itu, perhatikanlah bendungan dan perbaikilah saluran irigasi (primer, sekunder dan tersier), serta lakukan pencetakan sawah baru sesegeranya,” ujar pria yang akrab dipanggil Bang Leo itu. (*)

 

0 #type=(blogger):

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More